CANCEL CULTURE: Bukti Otak Kita Tidak Lebih Pintar Daripada Telpon Pintar

 

Cancel Culture

Hallo semuanya. Apa kabar? Sudah berapa lama kalian bermain sosial media hari ini? Hari ini kebutuhan akan informasi dan sosial media sudah melebihi kebutuhan kita akan makanan dan minuman sehari-hari. Ya peradaban hari ini mengarahkan kita untuk menjadi lebih aman! Bukankah itu baik? Tunggu dulu.. bukankah aman itu adalah hal yang kita inginkan? Belum tentu! Kehidupan yang terlalu aman justru membuat kita tidak akan kemana-mana, kita tidak akan pernah merasakan menjadi lebih buruk atau menjadi lebih baik karena bermain aman. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Budaya ini tercipta bukan karena tanpa sebab. Budaya main aman ini muncul akibat dari hiperrealitas adanya sosial media. sosial media dengan segala pengaturannya menjadikan sebuah standar baru dalam banyak hal. Standar tersebut menyeragamkan dan perlahan mengatur. Dan apa yang terjadi apabila terdapat suatu hal yang melebihi atau tidak sesuai dengan standar yang terbangun tadi? Cancel Culture.

Cancel Culture adalah sebuah fenomena sosial yang terjadi ketika sekelompok orang atau komunitas online berusaha untuk mendiskreditkan, menolak, atau menghentikan dukungan terhadap seseorang atau entitas tertentu, budaya ini bisa menyerang siapa saja entah itu individu maupun kelompok, biasanya selebriti, public figure, atau perusahaan, karena perilaku atau pernyataan kontroversial yang mereka anggap tidak dapat diterima. Tanpa mencari informasi lebih lanjut mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Fenomena ini umumnya terjadi di media sosial, seperti Twitter, Facebook, dan platform lainnya, di mana kelompok-kelompok yang marah atau kecewa atas tindakan atau pendapat seseorang berusaha untuk "membatalkan, menolak, membuang” mereka. Dalam beberapa kasus, "Cancel Culture" bisa menyebabkan dampak yang signifikan pada reputasi, karir, atau bisnis individu, kelompok atau entitas yang menjadi sasaran.

Tujuan di balik "Cancel Culture" seringkali adalah menyuarakan ketidak setujuan terhadap tindakan atau pandangan yang dianggap merugikan atau mendiskriminasi kelompok tertentu, atau dalam beberapa kasus, tindakan yang dianggap sebagai pelanggaran moral atau etika. Akan tetapi pada banyak kasus budaya cancel ini seringkali tanpa memiliki alasan yang mendasar. Dan hanyalah alat yang digunakan untuk orang-orang yang belum matang secara emosional mengutuk orang lain yang memiliki standar yang berbeda dari dirinya. Orang yang galak di media sosial biasanya sangat berbeda apabila dibandingkan dengan kehidupan aslinya sehari-hari. Mereka yang meluangkan banyak waktu untuk “say war” di media sosial adalah mereka yang cenderung tidak terlalu bahagia di kehidupan sehari-hari. Mereka melampiaskan seluruh kegelisahan dan kemarahan hidup kepada orang-orang di sosial media, karena memang mereka tidak memiliki cukup keberanian mengutarakan kemarahannya pada orang yang seharusnya mereka marahi.

"Cancel Culture" juga sering dikritik karena dapat menyebabkan penyebaran informasi yang salah atau memicu serangan massa tanpa pengadilan adil, dan dalam beberapa kasus, membatasi kebebasan berbicara, berpendapat, berkarya, dan banyak hal kreatif lainnya. Beberapa orang berpendapat bahwa pendekatan yang lebih baik adalah berdialog secara terbuka dan mendiskusikan masalah dengan bijaksana daripada sekadar menghukum tanpa melihat konteks atau kesempatan untuk berubah. Budaya ini juga mengindikasikan bahwasanya masih banyak di luar sana masyarakat yang belum memiliki literasi internet yang baik dan berani mempertanggung jawabkan segala tindak tanduk yang dibagikan ke sosial media.

Sementara ada keuntungan dan kekurangan dari budaya Cancel Culture, perlu diingat bahwa perubahan sosial yang berarti sering kali membutuhkan pendekatan yang lebih seimbang dan inklusif, di mana dialog terbuka, pemahaman, dan kesediaan untuk belajar dari perspektif orang lain ditekankan. Menjadi lebih bijak sana dan memikirkan dampak yang akan terjadi adalah satu hal yang perlu kita jadikan landasan dalam menjalani kehidupan yang semakin kompleks dengan adanya internet dan sosial media seperti saat ini.

CANCEL CULTURE: Bukti Otak Kita Tidak Lebih Pintar Daripada Telpon Pintar CANCEL CULTURE: Bukti Otak Kita Tidak Lebih Pintar Daripada Telpon Pintar Reviewed by Psycho-Talk on Agustus 04, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Cara membangun Kebiasaan Baru Yang Lebih Produktif

  Sumber: freepik.com Apakah kamu memiliki kebiasaan yang buruk? Atau apakah kamu ingin membngun sebuah kebiasaan baru tapi terasa sulit? Se...

Diberdayakan oleh Blogger.